Kuliner Indonesia memang nggak pernah kehabisan pesona. Dari Sabang sampai Merauke, setiap wilayah memiliki ragam kuliner unik dengan cita rasa khasnya, termasuk sate yang sangat populer di Indonesia. Siapa yang nggak kenal dengan lezatnya hidangan sate? Yuk, kita mengenal sejarah sate di sini!
Apa Itu Sate?
Sate adalah makanan khas Indonesia berbahan dasar potongan daging (umumnya daging ayam, kambing, atau sapi) yang ditusuk dengan bambu atau tusuk kayu, kemudian dipanggang atau dibakar di atas bara api. Sebelum dipanggang, potongan daging ini direndam bumbu rempah untuk menghilangkan bau dan memberikan cita rasa yang lezat.
Sate umumnya juga disajikan dengan saus pendamping, seperti bumbu kacang, bumbu kecap, bumbu sambal, atau bumbu rempah lainnya. Pelengkap lainnya yang umum disajikan dengan sate adalah lontong, ketupat, nasi, irisan tomat, ataupun irisan bawang merah.
Sate menjadi makanan populer di Indonesia dan termasuk yang mudah ditemukan. Kamu bisa menemukan berbagai jenis sate di pinggir jalan ataupun restoran kelas atas. Ada juga daerah-daerah yang terkenal dengan kekhasan satenya, seperti sate bebek Tambak, sate madura, sate ayam, dan sate padang.
Tidak hanya di Indonesia, sate juga populer di seantero Asia Tenggara. Misalnya di Thailand, Singapura, Filipina, hingga Vietnam. Namun, tentu setiap negara memiliki keunikan tersendiri dari bumbu-bumbunya.
Sejarah Sate
Sebenarnya, terdapat beberapa versi mengenai sejarah sate dan asal negara yang berpengaruh dalam perkembangan hidangan sate di Indonesia. Meski begitu, sate diketahui sudah ada sejak berabad-abad lalu di Indonesia.
Modifikasi dari Hidangan Kebab
Dikutip melalui Historia, perkembangan sate di Indonesia bisa dilihat melalui konsumsi daging masyarakat Indonesia. Dalam studi sejarawan Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450–1680, pada masa lampau daging termasuk makanan yang jarang dikonsumsi karena minimnya lahan ternak. Daging umumnya dijadikan sebagai bahan persembahan dan dikonsumsi pada saat-saat penting saja, misalnya khitan, perkawinan, kematian, peringatan keagamaan, dan pendirian bangunan baru.
Daging menjadi konsumsi harian diperkirakan muncul seiring dengan datangnya pedagang muslim Arab dan India ke Nusantara pada abad ke-10. Hal ini sesuai dengan konsumsi harian orang-orang Arab yang biasa makan olahan daging, salah satunya dengan cara dibakar. Daging bakar ini dikenal dengan sebutan kebab. Metode ini sudah populer sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah.
Sebelum sampai ke Nusantara, kebab juga mendapatkan pengaruh dari India. Ini merupakan hal yang wajar karena India menjadi tempat persinggahan orang Arab sebelum ke Nusantara. Pengaruh yang didapat dari India adalah pengolahan daging dengan cara ditusuk dan dibakar. Perpaduan inilah yang akhirnya berkembang dalam kuliner Nusantara.
Olahan kebab ini lebih dikenal dengan nama sate di Nusantara. Asal-usul nama sate diyakini berasal dari bahasa Tamil, “catai”, yang berarti daging. Di sisi lain, bahasa Tionghoa juga diyakini berpengaruh pada penamaan sate, yakni terkait dengan kata “sa tae bak” yang mengacu pada hidangan tiga potong daging. Meski begitu, sejak kapan nama “sate” ini disematkan masih sulit dipastikan kebenarannya.
Kehadiran Sate Khas Indonesia
Kehadiran pedagang Arab dan India yang dipercaya mempengaruhi kehadiran sate di Indonesia didukung oleh beberapa teori. Teori-teori ini mengungkapkan bahwa sate sudah diproduksi dan dikonsumsi sejak lama oleh orang Indonesia.
Dikutip melalui Tribunnews Solo, Pegiat Klaten Heritage Community (KHC), Hari Wahyudi, mengungkapkan bahwa hidangan sate sudah ada sejak zaman Mataram Kuno. Pada masa itu, hidangan yang dibakar berupa kambing dan dikenal dengan istilah wedhus guling. Bedanya, daging bakar ini belum menggunakan tusukan dalam pembakarannya.
Hidangan ini tercatat dalam beberapa prasasti, seperti Prasasti Poh Randusari dan Prasasti Taji Gunung dari Prambanan, Kabupaten Klaten. Hidangan wedhus guling ini biasanya disajikan bersamaan dengan berbagai minuman setelah penetapan Sima.
Selain itu, dikutip melalui Historia, makanan sejenis sate juga sudah lama dikenal di Mataram. Hal ini berkaitan dengan cerita ketika istana Mataram dipindahkan dari Kartasura ke Surakarta pada 1744. Pada saat itu, Sunan Pakubuwono II memulai tradisi adang sega tahun Dal dalam perayaan Grebeg Maulud. Saat itu, Sunan memasak nasi dengan lauk berupa dendeng dan sate penthul yang diperuntukkan bagi rakyatnya. Lauk ini, sama dengan ritusnya, hanya dimasak saat perayaan tahun Dal.
Melalui hal ini, terlihat bahwa sajian daging bakar—yang mendapat pengaruh dari pedagang Arab dan India—disambut baik dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini juga diungkapkan oleh Jennifer Brennan dalam bukunya Encyclopedia of Chinese & Oriental Cookery (1988), yang menuliskan bahwa sate di Indonesia terinspirasi dari pengolahan daging untuk kebab.
Meski begitu, ia meyakini bahwa sate yang berkembang di Jawa berbeda dengan kebab. Brennan juga menegaskan bahwa Thailand dan Malaysia tidak bisa mengklaim sate sebagai kuliner khas mereka, meski di daerah tersebut terkenal juga dengan satenya.
“Meskipun Thailand dan Malaysia menganggap hidangan ini milik mereka, tanah air sate yang sesungguhnya adalah Jawa, Indonesia. Di sini, sate dikembangkan dan diadaptasi dari kebab yang dibawa oleh pedagang muslim ke Jawa, “ tulis Brennan.
Kepopuleran Sate di Abad Ke-19
Sate yang pada mulanya tidak banyak dikonsumsi oleh rakyat mulai populer pada abad ke-19. Pada saat itu, terjadi peningkatan jumlah imigran Arab dan India, terutama di Jawa dalam jumlah besar, seperti di Batavia, Cirebon, Pekalongan, Ponorogo, dan Tegal. Hidangan sate pun diketahui mulai dijual oleh para pedagang pikul.
Kepopuleran sate juga mulai terlihat dari banyaknya buku-buku masakan yang mencantumkan resep sate. Misalnya, dalam buku masakan Kitab Masak-Masakan India Jang Terseboet: Bagimana Orang-orang Sadiakan Segala Roepa-roepa Makanan, Maniesan, Atjaran, dan Sambalan oleh Ukena & Co. (1843). Dalam buku ini, terdapat berbagai resep sate yang dinamakan sebagai “sesate”. Hal ini menunjukkan bahwa sate merupakan menu masakan yang dipercaya berasal dari India dan kemudian bercampur dengan rempah-rempah khas Nusantara.
Selain itu, pada akhir abad ini juga industri pariwisata mulai berkembang. Banyak restoran dan hotel-hotel yang memasukkan menu lokal ke dalam menu card yang disediakan, termasuk sate. Pada masa ini, sate menjadi makanan khas dalam rijsttafel—hidangan dengan berbagai macam menu yang disajikan dengan nasi. Hal ini pun membuat sate banyak dinikmati oleh orang Eropa.
Dari Pulau Jawa, sate mulai menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Tidak hanya itu, sate juga menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, hingga Thailand. Sate juga mulai dikenalkan oleh orang Belanda ke negara mereka sehingga kepopulerannya semakin meningkat di Eropa.
Kepopuleran Sate Saat Ini
Kepopuleran hidangan sate tampaknya semakin melonjak. Pada tahun 2017, sate bahkan pernah mendapat nominasi 50 besar Makanan Terenak di Dunia Versi CNN dalam urutan ke 14. Hal ini tentu membuat sate semakin dikenal di seluruh penjuru dunia.
Berbagai modifikasi jenis sate pun berkembang pesat. Saat ini, diketahui terdapat 252 jenis sate yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut pakar kuliner dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Murdijati Gardjito, jumlah tersebut terbagi menjadi 175 ragam sate yang bisa ditelusuri asal-usulnya dan 77 ragam sate yang tidak bisa diketahui asal-usulnya.
Lebih dari itu, ditemukan juga banyak sate yang tidak hanya terbuat dari daging, misalnya sate usus dan sate telur puyuh. Oleh sebab itu, kata “sate” pun mulai mengalami perluasan makna. Tidak lagi sebagai nama sajian daging, kini maknanya bergeser menjadi sebuah teknik memasak. Jadi, selama hidangan dimasak dengan cara ditusuk, dibakar, dan dibumbui, sajian ini masuk dalam kategori sate.
Sudah Lebih Mengenal Sejarah Sate, kan?
Nah, itu dia sejarah sate di Indonesia. Satu hal yang diakui dan dipercaya adalah sate berasal dari Jawa, Indonesia. Meski berakar dari perpaduan hidangan Arab dan India, bumbu rendaman sate dan bumbu kacang atau kecap sebagai pendamping sate merupakan hal yang mutlak tercipta dari tangan-tangan masyarakat pribumi, ya! Bangga banget, dong, pastinya! Di antara banyaknya sate, mana yang paling kamu suka?