7 Perbedaan Susu UHT, Susu Pasteurisasi, dan Susu Steril

Perbedaan Susu UHT, Susu Pasteurisasi, Susu Steril

Kalau ke supermarket kamu pernah merhatiin nggak, sih, kenapa ada susu yang diletakkan di mesin pendingin dan ada juga yang diletakkan di suhu ruang? Apakah ada perbedaan dari susu-susu tersebut sehingga diletakkan di suhu yang berbeda? Yuk, simak perbedaan susu UHT, susu pasteurisasi, dan susu steril di sini! 

Perbedaan Susu UHT, Susu Pasteurisasi, dan Susu Steril

Selain ASI, manusia juga mengonsumsi susu dari hewan. Susu segar hewani ini dikonsumsi karena kandungan nutrisi dan manfaat kesehatannya yang kaya. Namun, sebelum dikonsumsi, susu segar biasanya melalui beberapa proses pengolahan untuk memastikan keamanannya dan memperpanjang masa simpannya.

Proses pengolahan ini pun bisa berbeda dari setiap produk susu, lho. Hal ini juga yang mungkin kamu temukan pada label kemasan susu. Umumnya, yang paling sering ditemukan adalah susu dengan label kemasan UHT, pasteurisasi, dan steril. Apa perbedaan dari ketiga susu ini, ya

1. Proses Pemanasan

Perbedaan Susu UHT, Pasteurisasi, dan Steril - Cara Pemanasan
(gettyimages.com/alter_photo)

Pada dasarnya, perbedaan utama dari susu UHT, pasteurisasi, dan steril adalah cara pemanasan untuk menghilangkan bakteri patogen. Susu UHT atau Ultra High Temperature adalah susu yang dipanaskan pada suhu sangat tinggi, sekitar 135–150°C selama 2-5 detik. Periode singkat dengan suhu panas ini bertujuan untuk meminimalisir kerusakan nutrisi pada susu. Meski begitu, waktu ini cukup untuk membunuh hampir semua bakteri patogen. Pengolahan susu UHT dilakukan dengan menggunakan peralatan “flow-through”, di mana susu disterilkan sebelum dipindahkan ke wadah yang telah disterilkan secara terpisah. 

Sementara itu, pasteurisasi adalah proses pemanasan terkontrol. Dalam hal ini, susu pasteurisasi dapat dipanaskan pada suhu yang bervariasi, mulai dari 62°C sampai 90°C. Waktu pemanasannya berbeda tergantung pada suhunya. Paling singkat adalah high heat short time pasteurisation (HHST) dengan suhu 85 – 90°C selama 1–25 detik, sedangkan paling lama pada suhu 62 – 65°C selama 30 menit. Cara ini bertujuan untuk mengurangi jumlah bakteri patogen sampai taraf aman dikonsumsi serta memperlambat pertumbuhan mikroba pada susu. Proses ini ditemukan oleh Louis Pasteur, ilmuwan asal Prancis, pada 20 April 1862.

Adapun susu steril dipanaskan pada suhu yang lebih rendah daripada UHT, yakni 110–120°C selama kurang lebih 15 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk membunuh semua mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Susu steril umumnya dipanaskan bersamaan dengan pembungkusnya (botol atau kaleng) dengan uap atau air super panas. 

2. Cara Penyimpanan

Perbedaan lain dari susu UHT, pasteurisasi, dan steril adalah cara penyimpanan dan umur simpannya. Susu UHT yang diproses dengan suhu tinggi menghilangkan hampir semua bakteri yang sekaligus membuatnya memiliki masa simpan yang lebih lama. Susu UHT bisa bertahan hingga 12 bulan dalam kemasan serta 5 hari setelah kemasan dibuka dan disimpan di kulkas. Selama kemasan masih tertutup, susu UHT tidak perlu disimpan di lemari pendingin.

Sementara itu, susu pasteurisasi memiliki masa simpan yang lebih singkat. Proses pemanasan pasteurisasi yang berefek hanya mengurangi jumlah bakteri patogen membuatnya lebih mudah busuk. Susu ini hanya bertahan selama 4–5 jam dalam suhu ruang, jadi harus disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2–6°C untuk mencegah bakteri berkembang. Ketika kemasannya sudah dibuka, susu pasteurisasi hanya bertahan selama 3 hari di kulkas dan harus segera dihabiskan.

Adapun susu steril, yang dipanaskan dengan suhu tinggi dan cukup lama, memiliki masa simpan yang paling lama. Ketika masih tertutup dan tersegel, susu steril dapat bertahan hingga 12 bulan di suhu ruang, hampir sama dengan susu UHT. Bedanya, ketika sudah dibuka, susu steril harus segera dihabiskan karena lebih rentan terkontaminasi dengan bakteri. 

3. Tingkat Sterilisasi

Jika dilihat dari tingkat sterilisasi, susu steril memiliki tingkat sterilisasi yang lebih tinggi daripada UHT dan pasteurisasi karena melalui proses sterilisasi di suhu yang tinggi dan lebih lama. Adapun antara susu UHT dan pasteurisasi, tingkat sterilisasi UHT lebih tinggi karena proses pemanasannya hampir membunuh semua bakteri, sedangkan pasteurisasi hanya mengurangi jumlah bakteri patogen hingga taraf aman dan menyisakan bakteri yang aman dikonsumsi.

4. Kandungan Nilai Gizi

Kandungan Nilai Gizi dari Susu UHT, Pasteurisasi, Steril
(gettyimages.com/tri nuryanto)

Sebenarnya, susu UHT, pasteurisasi, ataupun steril akan kehilangan beberapa vitamin selama proses pemanasan berlangsung. Oleh karena itu, ketiganya perlu fortifikasi. Fortifikasi adalah proses penambahan mikronutrien atau vitamin pada makanan. Tambahan gizi vitamin yang baik, seperti vitamin D, vitamin A, dan kalsium dapat membantu pertumbuhan tulang. 

Penambahan ini sekaligus menunjukkan bahwa perbedaan kandungan nutrisi pada ketiga jenis susu ini relatif kecil dan tidak signifikan bagi kebanyakan orang. Tentunya, nutrisi juga dapat bervariasi, tergantung pada merek, jenis sapi, dan cara pengolahannya. 

Adapun selama proses pemanasan, susu UHT mengalami kehilangan sedikit vitamin dan protein menjadi lebih rendah. Selain itu, kalsium yang tadinya bersifat larut akan menjadi kalsium yang tidak larut dan sulit untuk diserap tubuh. Kehilangan vitamin dan penggumpalan protein juga terjadi pada susu steril. 

Hal ini berbeda dengan susu pasteurisasi yang tidak melalui proses pemanasan dengan suhu terlalu tinggi sehingga kandungan gizinya tidak berubah sebanyak kedua susu lainnya. Kandungan nutrisi pada susu pasteurisasi lebih terjaga sehingga kandungan vitamin yang dimiliki pun masih lebih banyak. Meski begitu, kamu nggak perlu khawatir, ya, ketiga susu ini mendapatkan proses fortifikasi sehingga sangat bergizi untuk tubuh.  

5. Rasa

Proses pemanasan yang berbeda juga mempengaruhi rasa dari ketiga susu ini, lho. Saat pemanasan, kalsium dan protein yang berubah menggumpal pada susu UHT dan steril mempengaruhi tekstur susu menjadi lebih kasar dan kurang creamy daripada susu pasteurisasi. Meski begitu, umumnya rasa susu UHT masih lebih ringan dan lebih manis daripada susu steril yang disajikan tawar. Rasa tawar ini yang membuat banyak orang tidak begitu menyukai susu steril. Adapun susu pasteurisasi memiliki tekstur yang lebih kental dan rasa yang lebih kuat serta gurih daripada kedua susu lainnya. 

6. Penggunaan

Memiliki rasa yang berbeda membuat ketiga susu ini juga dapat disajikan dengan cara yang berbeda selain diminum langsung, lho. Misalnya, susu UHT bisa kamu jadikan bahan untuk membuat oatmeal, pancake, dan kue kering, sedangkan pasteurisasi dapat kamu jadikan yogurt, es krim, atau dipadukan dengan kopi dan teh. Adapun susu steril dapat kamu sajikan dengan sereal atau menjadi pendamping kopi serta teh.

7. Pengemasan Susu

Hal unik lainnya, biasanya ketiga susu ini juga memiliki jenis pengemasan yang berbeda, lho! Susu UHT biasanya dikemas dengan tetra pak (kemasan aseptik) yang memiliki lapisan tambahan di dalamnya. Sementara itu, susu pasteurisasi umumnya dikemas dengan kemasan karton berlapis atau plastik yang tidak banyak memiliki lapisan aseptik di dalamnya. Adapun susu steril mudah kamu temukan dalam kemasan botol atau kaleng. 

Dari Ketiga Susu Tersebut, Mana yang Lebih Kamu Suka?

Nah, itu dia perbedaan dari susu UHT, susu pasteurisasi, dan susu steril. Pada dasarnya, ketiga susu tersebut memiliki perbedaan dari segi pengolahan atau pemanasannya. Oleh karena itu, ketiganya memiliki cara penyimpanan yang berbeda seperti yang sering kalian temukan di supermarket. Ketiganya juga sama-sama merupakan sumber kalsium, protein, dan vitamin yang baik. Pilihan susu terbaik tentunya sesuai pada kebutuhan dan preferensi masing-masing, ya! Kalau kamu, lebih suka yang mana?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top